Tags

, , , ,

Menunggu prosesi pembersihan kurban.

Menunggu prosesi pembersihan kurban.

Berkurban kok sulit? Beli rokok lancar, nonton bioskop paling duluan, wisata ke luar daerah bahkan ke luar negeri terjadwal rapi, kok berkurban sulit? Yup, ada kalanya berkurban itu sulit. Berikut pengalaman saya…

Kesulitan berkurban (hewan) yang saya alami dan maksudkan disini ada dua konotasi, yang pertama yaitu susah karena ekonomi tidak memungkinkan atau pas-pasan (sebut saja, kewajiban berkurban gugur), yang kedua adalah susah mencari dan menyalurkan kurban karena memang tiada yang “layak secara ekonomi” untuk dibagikan.

Untuk pengertian kedua, saya pernah mengalami disini, ditanah rantau. Saat mana rizki dilimpahkan (dalam bentuk materi) maka saya pun melaksanakan kurban (atas nama anggota keluarga).

Perjuangan berat dimulai dari mencari orang yang menjual kambing/domba. Karena memang tidak ada yang menjual di pinggir jalan berhari-hari, ataupun di pasar hewan sekalipun. Setelah diketahui (dan satu-satunya yang ada) maka kemudian dilakukan akad beli-jual tanpa tawar menawar. Yang diutamakan adalah pembeli memilih sendiri hewan kurbannya dalam suatu kandang besar, dengan harga yang sama semua.

Prosesi penyembelihan dan pembersihan kurban dimulai.

Prosesi penyembelihan dan pembersihan kurban dimulai.

Setelah akad, maka perjuangan kedua adalah menyelesaikan kurban (sembelih hewan dan membersihkannya). Saya dipersilakan membawa hewan tersebut. Lha ya repot, nggak mungkin membawa kambing ini ke dalam apartemen, apalagi mengikatnya di tempat parkir. Lalu yang memotong siapa dan seterusnya… Akhirnya saya meminta jasa penjual hewan tersebut untuk menyelesaikan penyembelihan dan pembersihan hewan kurban itu. Tentunya ada harga jasa yang harus dibayarkan.

Selesai dibersihkan, perjuangan berikutnya adalah mencari penyalur kurban. Nggak ada… penyalur kurban nggak ada… 😦

Masjid tidak mempunyai panitia kurban. Saya berusaha mengunjungi masjid tetapi masjid tidak mempunyai mesin pendingin yang besar untuk menyimpan daging tersebut sebelum diolah. Saya mendatangi rumah makan “halal”, semua tutup karena memang hari lebaran dan pemiliknya adalah muslim.

Akhirnya ada teman yang membantu untuk menyalurkan pada komunitasnya yang (katakanlah) memerlukan. Alhamdulillah, dengan keikhlasan (insha Allah) maka saya serahkan daging utuh tadi ke rekan saya untuk dibagikan, walaupun para calon penerima adalah orang yang berkecukupan juga.

Untuk menyelesaikan proses kurban itu sulit, ternyata menyalurkannya juga sulit… Terbukti bahwa berkurban itu tidak selalu gampang… 😀

*/ : )