Tumpeng Nuju Bulan
Orang suku Jawa pasti sangat mengenal tradisi mitoni, yaitu kegiatan yang dilakukan keluarga saat usia kandungan sang (calon) ibunda memasuki usia tujuh bulan. Mitoni bertujuan agar janin dan ibunya diberi kekuatan dan selalu dianugerahi keselamatan.
Hari Minggu lalu saya menghadiri acara nuju-bulan ini yang diselenggarakan bersama keluarga Indonesia di Lansing Raya. Tuan rumah atau yang punya gawe adalah mas Silmy dan mbak Zara. Tentunya yang sedang mengandung adalah mbak Zara.
Dalam adat Jawa, mengadakan acara nuju-bulan ini biasanya sangat dipilih hari khusus, biasanya Senin atau Selasa, atau pada Jumat dan Sabtu. Upacara khusus ini diadakan juga di tempat khusus namanya pasren/petanen atau senthong tengah, yaitu merupakan suatu bilik atau kamar dalam rumah utama tradisional Jawa jaman dulu.
Konon, rangkaian acara nuju-bulan secara tradisional adalah diantaranya bunda akan disiram dengan air bunga oleh orang tua, mertua dan suami. Kemudian sang misua memecah dan membelah kelapa cengkir, juga telur ayam kampung dimasukkan kedalam kain calon ibu hingga pecah. Sang bunda juga mengganti busana sebanyak 7 jenis kain batik dengan motif khusus dan digendong masuk oleh suami, dan memutuskan lilitan janur, menjalani upacara Brojolan, memecahkan periuk, minum jamu, nyolong endhog (mencuri telur), hingga upacara jual rujak atau dodol dawet. (Sumber: Upacara 7 Bulanan).
Pemotongan angsa, eh, tumpeng.
Berhubung sang misua berasal dari Aceh, yang diperankan oleh mas Silmy, dan sang istri berasal dari mBandung, yang diperankan oleh mbak Zara, dan lokasi acara adalah di Michigan, Amerika, maka banyak hal terpaksa dimodifikasi sesuai situasi dan kondisi setempat.
Pemilihan hari acara ini adalah hari Minggu, karena sepanjang hari kerja/kuliah (Senin sampai Jumat) adalah tidak dimungkinkan. Hampir 100% undangan adalah para santri di Michigan State University. Nggak bisa bolos kuliah boo… Sedangkan hari Sabtu dipergunakan untuk bersiap-siap karena harus beli barang bahan masak, harus membereskan tempat, dan termasuk membersihkan gunungan salju di halaman rumah untuk tempat parkir para tamu. Tim panitia bekerja keras untuk ini.
Selain pemilihan hari, modifikasi lain adalah acara. Tidak dimungkinkan untuk guyur-guyuran karena nanti sang bunda bisa beku kedinginan. Karena saat itu udara luar bersuhu seputaran minus sepuluh derajat Celsius. Dalam rumah pun dingin.
Kelapa cengkir, janur, dan lain-lain juga syusyah carinya. Mau ganti baju tujuh kali..? Weh… kademen… kedinginan…
Cara termungkinkan adalah membuat tumpeng saja. Tumpeng dibuat dari nasi kuning, dan berhubung tidak ada pembentuknya, maka dibuatlah model punden berudak.
Punden berundak atau teras berundak adalah struktur tata ruang bangunan yang berupa teras atau trap berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi posisinya. Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbakalaan di Nusantara, sehingga dianggap sebagai salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara. (ini kata Wikipedia).
Jadi lumayanlah, masih menghadirkan karya budaya asal Nusantara.
Mari silakan…
Selain tumpeng, maka makanan lain pun dihadirkan. Diolah oleh banyak sekali chef yang berbakat, dengan rasa makanan Indonesia tulen. Setidaknya memakannya sambil membayangkan aslinya.
Acara dimulai pada jam 13 diawali dengan foto bersama yang dipimpin oleh yang punya rumah yang merahasiakan namanya (sebut saja: mawar). Lalu pemotongan tumpeng oleh mbak Zara didampingi mas Silmy. Tidak ada acara tiup lilin, karena memang bukan acara ulang tahun… (yaiyalaaa).
Selesai ini, maka dilanjutkan dengan maksi, alias makan siang, bersama. Hadirin yang tampaknya sudah kelaparan segera mengambil dan menikmati hidangan sambil ngobrol ngalor-ngidul.
Acara keluarga yang sangat meriah, hangat, dan mengenyangkan tentunya. Sore hari para hadirin menyaksikan pertandingan bola basket babak final Big Ten Tournament antara MSU dan Michigan Univ via Televisi. Kebahagiaan lengkap dengan kemenangan MSU yang cukup telak dengan si musuh bebuyutan.
Pasukan pelahap masakan.
Tradisi Nuju-bulan ini, di Amerika sendiri, sudah dikenal sejak tahun 1969. Saat itu Neil A. Armstrong (Commander), Michael Collins (command module pilot), dan Edwin E. Aldrin, Jr., (lunar module pilot) tanggal 16 Juli mereka nuju bulan dan tanggal 20 Juli (katanya) mendarat di bulan bersama modul Apollo 11.
Maaf, alenia terakhir abaikan karena tidak relevan…
Demikianlah mengenai tradisi nuju-bulan (baby shower) yang dilaksanakan oleh keluarga besar Indonesia di Lansing Raya. Terimakasih untuk mas Silmy, mbak Zara, dan seluruh panitia yang terlibat mempersiapkan acara ini…
*/ : )
42.747312
-84.382789